Rabu, 17 September 2008

Mbak Tiwin bincang tentang Pendidikan di Finland...

On 09 Sep 08, at 13:37, tiwin herman wrote:
Mas Agus selamat siang.......

Maaf baru ngikutin lagi nih...ya.... namanya wanita kurir mas...mesti ngurir kesana-sini hehehe.....

Mas,
Kalu berbicara masalah pendidikan di Finland, rasanya memang benar dan kehidupan disanapun, rasanya juga ”menyenangkan” . Ketika ribut2nya perundingan dengan GAM dulu, kebetulan yang menjadi dubes adalah Ibu Iris Indira Murti, yang berasal dari komunitas psikologi juga (UI angkatan 72) dan mungkin tergolong langka karena beliau psikolog tetapi aktif didunia politik. Beiau termasuk dubes perempuan yang tergolong sukses katika menjabat sebagai dubes. Nah, kalo mau bertanya mengenai pendidikan disana, mungkin beliau bisa untuk dijadikan narasumber.

Ada sedikit cerita yang langsung tak dengar ketika dalam perjalanan yang kurang lebih 5 jam . Si Pengendara, sebut aja pak A, ditanya apa pekerjaannya, dijawab ”ya...begini. ..begini saja bu...”. Di Finland, setiap orang (baik WN Finland maupun WNA) boleh memilih mau membayar pajak atau tidak. Kalo membayar pajak (yang cukup besar hampir mencapai 40 - 60% tetapi dengan sisanya masih bisa hidup layak lho....), maka ybs beserta keluarganya akan mendapatkan pendidikan dan kesehatan GRATIS.

Berceritalah pak A, bahwa dia memilih membayar pajak dan kemudian dia bersama keluarganya yang terdiri dari istri dan 3 orang anaknya mendapatkan seperti nomor jaminan sosial. Istrinya dulu dikampung (Tasikmalaya) mengajar di madrasah, 2 anaknya sudah sekolah SD dan 1 orang masih balita. Keluarganya tersebut setelah tercatat, kemudian belajar bahasa SUOMI (bhs asli Finland) terlebih dahulu dan – gratis. Setelah itu, mereka belajar bhs Inggris, gratis juga. Setelah anak2nya bisa berbahasa Inggris, maka mereka bersekolah yang menggunakan bahasa Inggris – gratis. Kalo sakit, mereka langsung ke rumah sakit dan – gratis. Apakah hanya sakit saja yang ditanggung ? ternyata tidak, yang bersifat kosmetispun juga gratis, terbukti penggunaan kawat gigi untuk mempercantikpun – gratis. Istrinya kemudian belajar ketrampilan rumah tangga melalui lembaga kursus pemerintah (semacam BLK disini) – gratis. Hanya sampai disitu ? Ternyata tidak. Si Istri kemudian melamar pekerjaan dan karena suaminya membayar pajak, MAKA NEGARA BERKEWAJIBAN MENCARIKAN PEKERJAAN bagi warga pembayar pajak tersebut. Istrinya kemudian mendapat pekerjaan sebagai pengajar agama Islam di sekolah Pakistan (disebut demikian karena muridnya kebanyakan dari Pakistan dan negara-negara asia/timur tengah lainnya).

Ketika cerita ini disampaikan, si istri baru mulai bekerja. Pak A berencana si istri akan membayar pajak juga dan karena suami sudah kena pajak besar maka istri cukup 30%nya saja. Dalam rencana pak A, bila istri sudah membayar, maka mereka akan mengajak adik2nya untuk tinggal di Finland, memasukkan namanya untuk mendapatkan nomor jaminan sosial supaya adik2nyapun bisa mendapatkan hidup yang lebih layak.

Gimana mendengar cerita semacam ini ??
Huaahh...... ...rasanya maknyus tenan !!
Aku yakin bahwa negara kitapun bisa sampai ke tahap itu. Hanya ketika tiba pada masanya, mungkin aku udah tidak bisa ikut menikmatinya heheheh..... .....

Salam hangat,
th

Tidak ada komentar: